BANK GRAMEEN
|
Muhammad
Yunus adalah dekan Fakultas Ekonomi Chittagog University di Bangladesh yang
resah akan ketidakmampuan ilmu ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan. Dengan
itu dia memilih “pandangan mata cacing” guna mempelajari kemiskinan dari jarak dekat.
Kemudian dia melepaskan jubah akademisnya dan lalu bergaul dengan bergaul
dengan orang miskin dan realitas kemiskinan desa Jobra yang bertetangga dengan
universitas tempat Ia mengajar. Kaum miskin telah mengajari ilmu ekonomi yang
benar-benar baru, dia mempelajari masalah-masalah yang dihadapi orang miskin
dengan perspektif mereka sendiri. Pergulatan panjang Yunus dengan masyarakat
desa menelurkan sebuah konsep yang disebutnya sebagai “kewirausahaan sosial”,
yang berhasil merubah berbagai dimensi pada masyarakat, khususnya perempuan.
Dia kemudian mendirikan Grameen Bank guna peemenuhan kredit mikro yang
dibutuhkan masyarakat.
Bank Grameen adalah sebuah organisasi kredit mikro yang
dimulai di Bangladesh, yang memberikan pinjaman kecil kepada orang yang kurang
mampu tanpa membutuhkan jaminan. Sistem ini berdasarkan ide bahwa orang miskin
memiliki kemampuan yang kurang digunakan.
Grameen Bank mulai beroperasi sejak tahun 1977, yang
kemudian baru menjadi Bank resmi pada akhir september 1982. Prinsip yang digunakan
Grameen Bank jauh berbeda dengan bank konvensional yang ada selama ini, dan
prinsip itulah yang kemudian dapat mengeluarkan kaum miskin dari kemiskinan
struktural yang dideranya. Pertama, Grameen memberikan pinjaman dalam skala
mikro, sehingga masyarakat yang paling miskin dapat menjangkau kredit ini.
Kemudian yang kedua, prinsip utama yang dianut Grameen Bank adalah
“kepercayaan”. Grameen menganggap setiap peminjamnya bisa dipercaya, karena itu
Grameen tidak memerlukan instrumen hukum antara debitur dengan kreditur. Dengan
kepercayaan tersebut Grameen juga tidak memberlakukan agunan bagi debiturnya,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Yunus;
Pada tahun 1983 Muhammad Yunus berinisiatif mendirikan bank
yang khusus melayani kaum miskin. Bank ini diberi nama Grameen Bank
Prakalpa. Bank tersebut didirikan atas prinsip solidaritas, serta
memiliki 3 karakter, yaitu :
1.
Peminjamnya adalah warga termiskin yang tidak mempunyai lahan.
2.
Peminjamnya harus kembali.
3.
Porsi utama peminjamannya adalah wanita.
Muhammad Yunus menggunakan sistem kelompok solidaritas,
yaitu membentui berbagai kelompok kecil informasi untuk bersama-sama
mendapatkan pinjaman dan para anggotanya bertindak sebagai mitra penjamin
sesamanya agar setiap anggota mendukung satu sama lain untuk membayar pinjaman
serta meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan ekonomi keluarga. Perbedaannya
dari kredit ini adalah pinjaman diberikan kepada kelompok perempuan produktif
yang masih berada dalam status sosial miskin. Pola Bank Grameen ini telah diadopsi
oleh hampir 130 negara di dunia, namun kebanyakan di wilayah Asia dan Afrika.
Jika diterapkan dengan konsisten pola Bank Grameen ini dapat mencapai tujuan
untuk membantu perekonomian masyarakat miskin melalui perempuan. Hasilnya
ternyata sangat luar biasa. Pada wal tahun 1979 anggota Bank Grameen hanya
500-an orang, namun pada tahun 1982 berlipat ganda menjadi 82 ribu orang dan
mencapai 7 juta orang pada tahun 2006.
Pengembangan Grameen
Keberhasilan Bank Grameen yang digagas Muhammad Yunus
terletak dari penentuan akar masalah kemiskinan pada sebagian besar masyarakat
miskin di Bangladesh. Yunus mengidentifikasikan bahwa kaum miskin di pedesaan
itu menjadi miskin bukan karena tidak terampil atau buta huruf, tetapi karena
kaum miskin tidak memiliki kontrol atas modal serta kemampuan mengontrol modal
yang memberi orang untuk mempunyai kemampuan meningkatkan hidup dan lepas dari
kemiskinan.
Keberhasilan Muhammad Yunus dalam memberikan dampak positif
bagi perkembangan ekonomi Bangladesh telah menempatkan Yunus sebagai sosok
ekonom yang memang peduli terhadap rakyat miskin. Ia berhenti menjadi dosen
hanya untuk mengabdi pada kemanusiaan, melepaskan kemiskinan masyarakat. Pengetahuan
dan teori yang didapatkan selama kuliah telah berhasil membentuk karakter
dirinya untuk mengabdi pada kemanusiaan. Ia tidak duduk di menara gading,
tetapi turun kepada rakyat untuk mengentaskan kemiskinan yang diderita.
Peminjam Grameen terdiri atas kelompok yang terdiri dari
lima orang, dan kelompok-kelompok tersebut tergabung dalam sentra (federasi
tingkat desa yang terdiri dari paling banyak 8 kelompok). Setiap pemohon
bergabung dalam sebuah kelompok yang memiliki pemikiran yang sama dan hidup
dalam kondisi sosial-ekonomi yang serupa. Kelompok dibentuk oleh para peminjam
sendiri, dan Grameen mendorongnya dengan menyediakan insentif agar mereka
saling membantu demi keberhasilan usaha masing-masing.
Setiap pinjaman dari anggora juga harus disetujui kelompok,
karena itu kelompok memikul tanggungjawab moral atas setiap pinjaman. Seorang
calon peminjam pertama-tama harus berinisiatif mencari orang kedua dan
menjelaskan prosedur bank pada orang kedua., kemudian yang kedua akan mencari
anggota ketiga, keempat, dan yang kelima. Untuk itu, anggota yang pertama harus
dapat menyakinkan anggota kedua agar bersedia bergabung. Namun seringkali
ketika kelompok tersebut hampir terbentuk, salah satu anggota, atau bahkan
empat anggota yang lain mengurungkan diri sehingga yang seorang itu harus
memulai dari awal lagi.
Setelah kelompok terbentuk kelima anggota tersebut datang
kelima-limanya ke bank untuk mendapatkan pelatihan tentang kebijakan bank
setidaknya selama tujuh hari. Setelah itu mereka pun harus mengikuti ujian
lisan secara individu guna mengetahui pemahamannya. Jika seorang anggota tidak
lulus, maka yang lain harus menunggunya sampai lulus. Setelah semuanya lulus
ujian maka dua orang pertama akan mendapatkan pinjamannya. Jika dalam enam
minggu dua orang tersebut taat membayar cicilannya, maka dua orang lainnya akan
mendapat pinjaman. Ketua kelompok biasanya menjadi peminjam terakhir dalam
kelompoknya.
Yunus kemudian juga menemukan bahwa perbankan saat ini telah
bias jender, perempuan selama ini jarang yang diperbolehkan untuk menjadi
debitur. Padahal, perempuanlah yang lebih rentan mengalami kemiskinan dan
kelaparan. Hukum tak tertulis mengatakan bahwa ibulah yang akan pertama kali
mengalaminya. Sementara itu, Yunus menemukan kekuatan yang besar di dalam diri
perempuan. Perempuan miskin memandang jauh ke depan dan bekerja keras untuk
membawa diri dan keluarganya keluar dari kemiskinan.
Ketika perempuan miskin mulai mendapatkan penghasilan,
impian keberhasilannya selalu terpusat di sekitar anak-anaknya. Prioritas kedua
seorang perempuan adaah rumah tangganya. Dia membeli perkakas rumah tangga,
ataupun memperbaiki rumahnya. Sedangkan laki-laki memiliki prioritas yang jauh
berbeda. Ketika laki-laki miskin mempunyai pendapatan lebih, dia lebih
memusatkan pada dirinya sendiri. Karenanya, uang yang msuk ke rumah tangga
melalui perempuan lebih bermanfaat bagi keluarga secara keseluruhan
Asumsi yang menyatakan bahwa orang menjadi miskin
dikarenakan tidak mempunyai keterampilan disanggah oleh Yunus. Program-program
pelatihan besar yang diwajibkan dalam program pengentasan kemiskinan oleh
pemerintah, ornop-ornop maupun lembaga donor asing diduganya hanya untuk
mengekalkan kepentingannya sendiri: menciptakan makin banyak lapangan kerja
untuk diri mereka sendiri tanpa perlu bertanggungjawab menghasilkan sesuatu
yang konkret (mengentaskan kemiskinan). Kemudian dengan aliran dana bantuan dan
kesejahteraan, terciptalah industri besar baru yang berkembang dengan tujuan
tunggal menyediakan pelatihan.
Sementara itu, Grameen berbeda pandangan dengan ahli
pengentasan kemiskinan tersebut: orang menjadi miskin bukan karena tidak
terampil, melainkan karena tertutupnya kontrol atas modal. Ketidakberdayaan
kaum miskin menyebabkan mereka bekerja demi keuntungan orang yang memiliki
kontrol atas modal. Selain itu, Yunus juga mengungkapkan bahwa kemiskinan
tidak diciptakan oleh kaum miskin. Kemiskinan diiptakan oleh struktur
masyarakat dan kebijakan-kebijakan yang dijalankan masyarakat.
Terakhir, dapat ditarik beberapa prinsip yang dianut Grameen
Bank. (i) Grameen Bank dimiliki oleh anggotanya (92% adalah saham anggota, dan
sisanya milik pemerintah). (ii) Sasaran Grameen Bank adalah lapisan masyarakat
yang paling miskin. (iii) Perempuan lebih diutamakan oleh Grameen. (iv) Grameen
tidak memberlakukan agunan. (v) Jenis usaha yang dibiayai ditentukan oleh
anggotanya sendiri. (vi) Grameen membantu informasi dan sarana agar usaha
anggotanya berhasil. (vii) Debitur membayar tingkat bunga sesuai keperluan
untuk menjaga agar Grameen tetap mandiri (tidak tergantung hibah atau donasi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar