Minggu, 30 Oktober 2016



BANK GRAMEEN

Muhammad Yunus adalah dekan Fakultas Ekonomi Chittagog University di Bangladesh yang resah akan ketidakmampuan ilmu ekonomi untuk mengentaskan kemiskinan. Dengan itu dia memilih “pandangan mata cacing” guna mempelajari kemiskinan dari jarak dekat. Kemudian dia melepaskan jubah akademisnya dan lalu bergaul dengan bergaul dengan orang miskin dan realitas kemiskinan desa Jobra yang bertetangga dengan universitas tempat Ia mengajar. Kaum miskin telah mengajari ilmu ekonomi yang benar-benar baru, dia mempelajari masalah-masalah yang dihadapi orang miskin dengan perspektif mereka sendiri. Pergulatan panjang Yunus dengan masyarakat desa menelurkan sebuah konsep yang disebutnya sebagai “kewirausahaan sosial”, yang berhasil merubah berbagai dimensi pada masyarakat, khususnya perempuan. Dia kemudian mendirikan Grameen Bank guna peemenuhan kredit mikro yang dibutuhkan masyarakat.
Bank Grameen adalah sebuah organisasi kredit mikro yang dimulai di Bangladesh, yang memberikan pinjaman kecil kepada orang yang kurang mampu tanpa membutuhkan jaminan. Sistem ini berdasarkan ide bahwa orang miskin memiliki kemampuan yang kurang digunakan.
Grameen Bank mulai beroperasi sejak tahun 1977, yang kemudian baru menjadi Bank resmi pada akhir september 1982. Prinsip yang digunakan Grameen Bank jauh berbeda dengan bank konvensional yang ada selama ini, dan prinsip itulah yang kemudian dapat mengeluarkan kaum miskin dari kemiskinan struktural yang dideranya. Pertama, Grameen memberikan pinjaman dalam skala mikro, sehingga masyarakat yang paling miskin dapat menjangkau kredit ini. Kemudian yang kedua, prinsip utama yang dianut Grameen Bank adalah “kepercayaan”. Grameen menganggap setiap peminjamnya bisa dipercaya, karena itu Grameen tidak memerlukan instrumen hukum antara debitur dengan kreditur. Dengan kepercayaan tersebut Grameen juga tidak memberlakukan agunan bagi debiturnya, sebagaimana yang diungkapkan oleh Yunus;
Pada tahun 1983 Muhammad Yunus berinisiatif mendirikan bank yang khusus melayani kaum miskin. Bank ini diberi nama Grameen Bank Prakalpa. Bank tersebut didirikan atas prinsip solidaritas, serta memiliki 3 karakter, yaitu :
1. Peminjamnya adalah warga termiskin yang tidak mempunyai lahan.
2. Peminjamnya harus kembali.
3. Porsi utama peminjamannya adalah wanita.
Muhammad Yunus menggunakan sistem kelompok solidaritas, yaitu membentui berbagai kelompok kecil informasi untuk bersama-sama mendapatkan pinjaman dan para anggotanya bertindak sebagai mitra penjamin sesamanya agar setiap anggota mendukung satu sama lain untuk membayar pinjaman serta meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan ekonomi keluarga. Perbedaannya dari kredit ini adalah pinjaman diberikan kepada kelompok perempuan produktif yang masih berada dalam status sosial miskin. Pola Bank Grameen ini telah diadopsi oleh hampir 130 negara di dunia, namun kebanyakan di wilayah Asia dan Afrika. Jika diterapkan dengan konsisten pola Bank Grameen ini dapat mencapai tujuan untuk membantu perekonomian masyarakat miskin melalui perempuan. Hasilnya ternyata sangat luar biasa. Pada wal tahun 1979 anggota Bank Grameen hanya 500-an orang, namun pada tahun 1982 berlipat ganda menjadi 82 ribu orang dan mencapai 7 juta orang pada tahun 2006.
Pengembangan Grameen
Keberhasilan Bank Grameen yang digagas Muhammad Yunus terletak dari penentuan akar masalah kemiskinan pada sebagian besar masyarakat miskin di Bangladesh. Yunus mengidentifikasikan bahwa kaum miskin di pedesaan itu menjadi miskin bukan karena tidak terampil atau buta huruf, tetapi karena kaum miskin tidak memiliki kontrol atas modal serta kemampuan mengontrol modal yang memberi orang untuk mempunyai kemampuan meningkatkan hidup dan lepas dari kemiskinan.
Keberhasilan Muhammad Yunus dalam memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi Bangladesh telah menempatkan Yunus sebagai sosok ekonom yang memang peduli terhadap rakyat miskin. Ia berhenti menjadi dosen hanya untuk mengabdi pada kemanusiaan, melepaskan kemiskinan masyarakat. Pengetahuan dan teori yang didapatkan selama kuliah telah berhasil membentuk karakter  dirinya untuk mengabdi pada kemanusiaan. Ia tidak duduk di menara gading, tetapi turun kepada rakyat untuk mengentaskan kemiskinan yang diderita.
Peminjam Grameen terdiri atas kelompok yang terdiri dari lima orang, dan kelompok-kelompok tersebut tergabung dalam sentra (federasi tingkat desa yang terdiri dari paling banyak 8 kelompok). Setiap pemohon bergabung dalam sebuah kelompok yang memiliki pemikiran yang sama dan hidup dalam kondisi sosial-ekonomi yang serupa. Kelompok dibentuk oleh para peminjam sendiri, dan Grameen mendorongnya dengan menyediakan insentif agar mereka saling membantu demi keberhasilan usaha masing-masing.
Setiap pinjaman dari anggora juga harus disetujui kelompok, karena itu kelompok memikul tanggungjawab moral atas setiap pinjaman. Seorang calon peminjam pertama-tama harus berinisiatif mencari orang kedua dan menjelaskan prosedur bank pada orang kedua., kemudian yang kedua akan mencari anggota ketiga, keempat, dan yang kelima. Untuk itu, anggota yang pertama harus dapat menyakinkan anggota kedua agar bersedia bergabung. Namun seringkali ketika kelompok tersebut hampir terbentuk, salah satu anggota, atau bahkan empat anggota yang lain mengurungkan diri sehingga yang seorang itu harus memulai dari awal lagi.
Setelah kelompok terbentuk kelima anggota tersebut datang kelima-limanya ke bank untuk mendapatkan pelatihan tentang kebijakan bank setidaknya selama tujuh hari. Setelah itu mereka pun harus mengikuti ujian lisan secara individu guna mengetahui pemahamannya. Jika seorang anggota tidak lulus, maka yang lain harus menunggunya sampai lulus. Setelah semuanya lulus ujian maka dua orang pertama akan mendapatkan pinjamannya. Jika dalam enam minggu dua orang tersebut taat membayar cicilannya, maka dua orang lainnya akan mendapat pinjaman. Ketua kelompok biasanya menjadi peminjam terakhir dalam kelompoknya.
Yunus kemudian juga menemukan bahwa perbankan saat ini telah bias jender, perempuan selama ini jarang yang diperbolehkan untuk menjadi debitur. Padahal, perempuanlah yang lebih rentan mengalami kemiskinan dan kelaparan. Hukum tak tertulis mengatakan bahwa ibulah yang akan pertama kali mengalaminya. Sementara itu, Yunus menemukan kekuatan yang besar di dalam diri perempuan. Perempuan miskin memandang jauh ke depan dan bekerja keras untuk membawa diri dan keluarganya keluar dari kemiskinan.
Ketika perempuan miskin mulai mendapatkan penghasilan, impian keberhasilannya selalu terpusat di sekitar anak-anaknya. Prioritas kedua seorang perempuan adaah rumah tangganya. Dia membeli perkakas rumah tangga, ataupun memperbaiki rumahnya. Sedangkan laki-laki memiliki prioritas yang jauh berbeda. Ketika laki-laki miskin mempunyai pendapatan lebih, dia lebih memusatkan pada dirinya sendiri. Karenanya, uang yang msuk ke rumah tangga melalui perempuan lebih bermanfaat bagi keluarga secara keseluruhan
Asumsi yang menyatakan bahwa orang menjadi miskin dikarenakan tidak mempunyai keterampilan disanggah oleh Yunus. Program-program pelatihan besar yang diwajibkan dalam program pengentasan kemiskinan oleh pemerintah, ornop-ornop maupun lembaga donor asing diduganya hanya untuk mengekalkan kepentingannya sendiri: menciptakan makin banyak lapangan kerja untuk diri mereka sendiri tanpa perlu bertanggungjawab menghasilkan sesuatu yang konkret (mengentaskan kemiskinan). Kemudian dengan aliran dana bantuan dan kesejahteraan, terciptalah industri besar baru yang berkembang dengan tujuan tunggal menyediakan pelatihan.
Sementara itu, Grameen berbeda pandangan dengan ahli pengentasan kemiskinan tersebut: orang menjadi miskin bukan karena tidak terampil, melainkan karena tertutupnya kontrol atas modal. Ketidakberdayaan kaum miskin menyebabkan mereka bekerja demi keuntungan orang yang memiliki kontrol atas modal. Selain itu, Yunus juga mengungkapkan bahwa kemiskinan tidak diciptakan oleh kaum miskin. Kemiskinan diiptakan oleh struktur masyarakat dan kebijakan-kebijakan yang dijalankan masyarakat.

Terakhir, dapat ditarik beberapa prinsip yang dianut Grameen Bank. (i) Grameen Bank dimiliki oleh anggotanya (92% adalah saham anggota, dan sisanya milik pemerintah). (ii) Sasaran Grameen Bank adalah lapisan masyarakat yang paling miskin. (iii) Perempuan lebih diutamakan oleh Grameen. (iv) Grameen tidak memberlakukan agunan. (v) Jenis usaha yang dibiayai ditentukan oleh anggotanya sendiri. (vi) Grameen membantu informasi dan sarana agar usaha anggotanya berhasil. (vii) Debitur membayar tingkat bunga sesuai keperluan untuk menjaga agar Grameen tetap mandiri (tidak tergantung hibah atau donasi)